Senin, 23 September 2013

Perbedaan Itu Mampu Menembus Dunia Kelamku

0

Kring… kring… kring suara jam berdering kencang bagaikan petir yang menyambar di kamar Feli. Feli pun perlahan-lahan membuka matanya. Hari ini aku ngantuk banget tapi aku harus bangun. karena hari ini pertama kalinya aku menerima mata pelajaran di bangku perkuliahan. Feli pun segera bergegas bangun untuk mepersiapkan dirinya untuk segera berangkat ke kampus. Setelah Feli selesai mandi Felipun menata barang-barang bawaanya untuk dibawanya ke kampus. Di saat itu pula Feli tiba-tiba melamun dan di dalam hatinya ia pun berkata, andai aku bisa masuk di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Yogja, pasti aku akan senang tapi ternyata Tuhan berkata lain, aahh… tapi mungkin Tuhan telah memberikan yang terbaik untukku walaupun Feli berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya tapi Feli harus tetap bersyukur karena bagaimanapun juga masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya di bangku perkuliahan yang disebabkan karena berbagai alasan, tapi Feli lain dari mereka, walau Feli dibesarkan dari keluarga sederhana tapi Feli masih bisa berkuliah walaupun dengan bantuan kak Doni. Akhirnya Feli pun tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Ia pun segera bergegas menuju ruang makan untuk sarapan pagi bersama keluarga kecilnya.
Pagi ayah, pagi ibu, pagi kak doni. Feli pun berusaha tersenyum walau di hatinya masih tersimpan kegundahan akibat tidak keterimanya ia di salah satu Perguruan Tinggi di Yogja. Ayah Feli pun sangat senang melihat putrinya kembali ceria. Wah gitu dong anak ayah semangat untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Jawab ayah Feli dengan penuh canda tawa. Ayah Feli memang sudah 2 tahun tidak bekerja lagi karena memang beliau sudah memasuki masa pensiunan PNS tetapi ayah Feli beruntung mempunyai anak seperti kakak Feli karena kakak Feli memang sangat pandai hingga akhirnya kakak Feli dapat bekerja disalah satu BUMN yang ada di surabaya. Sehingga kakak Feli yang mendanai kebutuhan sekolah Feli, sedangkan ibu Feli memang tidak bekerja tetapi hanya sekedar sebagai ibu rumah tangga, tetapi walau keluarga Feli adalah keluarga sederhana tetapi keluarga ini sangat damai dan sangat asyik.
Ayah, ibu, kak doni Feli sudah selesai sarapan saatnya Feli pamit untuk berangkat. Ia pun segera berpamitan kepada ayah, ibu serta kakaknya dan ia pun segera mencium tangan mereka dan Feli pun segera bergegas untuk berangkat ke kampus. Suara mesin motor Feli pun terdengar sangat kencang ibarat suara ombak yang terdengar sangat dasyat di telinga keluarga Feli dan Feli pun segera melajukan motornya dengan sangat cepat. Alhamdulilah akhirnya Feli sampai juga di kampus. Ia pun segera bersiap-siap menuju kelas. Sesampainya Feli di kelas Feli pun segera berkenalan dengan teman-teman barunya dan selesainya Feli berkenalan dengan teman-temanya Feli pun segera memasuki awal pembelajaran di bangku perkuliahan.
Ah… gak terasa Alhamdulila usai sudah kuliah pertamaku. Akhirnya Feli pun segera bergegas untuk segera kembali menuju rumahnya. Sesampai di rumah Feli, ia pun menceritakan pengalaman pertamanya selama dibangku perkuliahan kepada ayah serta ibunya dan dengan senang hati mereka mau mendengarkan cerita anaknya itu.
Hari pun tak terasa telah berganti dan pagi pun tak terasa telah berganti malam. Di malam yang dingin itu pula, Feli pun termenung di sebuah ruang kamarnya yang menjadi tempat favoritnya. Ia pun berkata di dalam lubuk hatinya andai aku tak terlahir sesempurna tubuh yang aku miliki ini di saat itu pula aku ingin bertanya apakah masih ada orang-orang yang bertoleransi pada perbedaan tubuhku ini dan di saat itu pula aku kan mulai tau siapa orang yang selalu ada untukku di saat tubuhku terlahir dengan penuh kekurangan. Feli pun tak berhenti sampai disitu merenungi kehidupannya. Ia pun segera melanjutkan lamunannya dan Feli pun berkata mungkin aku bukan orang yang sepandai kak Doni tetapi walaupun aku terlahir tak sepandai kak Doni tapi aku masih punya mimpi yang aku ingin capai yakni menjadi seorang penulis yang terkenal dan aku pun yakin bisa menembus mimpi itu. Tak lama kemudian Feli pun membuyarkan lamunannya dan ia pun segera mengambil selimutnya dan segera bergegas untuk tidur karena ia bahwa besok ia akan melanjutkan aktifitasnya untuk menuntut ilmu di bangku perkuliahan.
Suara kicauan burung pun telah menyambut datangnya pagi hari dan saatnya Feli segera bangun dan ia pun dengan perlahan-lahan tak terasa telah membuka matanya. Feli pun segera turun dari tempat tidurnya. Dan ia pun segera mandi tuk segera melanjutkan perjalanan pencarian segudang ilmunya di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya. Selesainya Feli mandi di saat itu pula Feli segera mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa menuju kampus. Di saat Feli mulai menata barang bawaannya di waktu itulah Feli merasakan kegundahan yang sangat amat mendalam yang entah mengapa Feli tidak mengetahui apa arti dari semua ini, tetapi Feli berusaha untuk menghilangkan kegundahan hatinya dan ia pun segera menuju ruang makan untuk melakukan sarapan pagi bersama keluarganya.
Selamat pagi adikku… kok mukanya kusut seperti baju yang gak pernah disetrika. Kakak Feli pun melontarkan celotehannya kepada adiknya dan Feli pun menjawab celotehan kakaknya dengan sedikit menghibur kakaknya bahwa tidak terjadi apa-apa terhadap adiknya Feli, Feli pun menjawab dengan berkata, tidak ada apa-apa kok kak Doni, Cuma Feli lagi ngantuk aja makanya Feli masang muka kusut hehehe… jawab Feli dengan canda tawa. Ayah serta ibu Feli pun tertawa melihat celotehan anak-anaknya.
Selesai sarapan Feli pun segera berpamitan kepada ayah, ibu serta kakaknya untuk segera berangkat pergi ke kampus. Feli pun menaiki motornya dengan rasa yang cukup was-was yang entah mengapa Feli tidak tau apa arti dari semua itu. Roda motor Feli pun terus melaju kencang ibarat angin yang sangat kencang yang dinginnya menusuk pada tubuh manusia, tanpa sadar Feli pun melamuni tentang perasaan yang datang menghampiri Feli semenjak bangun tidur tadi.
Sesampainya di lampu lalu lintas Feli pun tanpa sadar telah menerobos lalu lintas yang seharusnya mengharuskan Feli tuk berhenti tetapi Feli malah tanpa sadar telah menerobos lampu yang berwarna merah itu. Dan tiba-tiba ia tersadar dari lamunanya katika mobil berwarna merah itu telah melaju cepat di hadapan mata Feli dan ia pun sangat terkejut serta ia tak mampu menghindari mobil merah itu, akhirnya Feli pun terlempar cukup jauh sehingga mengakibatkan ia tak sadarkan diri. Tak lama kemudian banyak orang-orang yang menghampiri Feli dan tak lama kemudian mereka langsung membawa Feli ke Rumah Sakit Swasta yang ada di Surabaya yang dikarenakan Rumah Sakit Swasta itu paling dekat dari tempat kejadian maut itu. Serta kejadian maut itu mengakibatkan 3 orang luka-luka serta mengakibatkan kemacetan yang luar biasa hebatnya bagaikan kereta api yang menghapiri jalan raya itu.
Tanpa terasa pagi pun telah berganti malam dan hari itu pun merupakan hari yang sangat membuat Feli terpukul karena ia mengalami perbedaan di kehidupannya yang tidak akan ia lupakan seumur hidupnya. Jam telah menunjukkan pukul 19.00 WIB, tiba-tiba sedikit demi sedikit Feli membuka matanya, keluarga Feli sangat senang melihat Feli telah sadarkan diri tetapi di samping kesenangan itu, keluarga Feli juga mengalami tekanan hati yang tidak tau bagaimana cara untuk membicarakan hal tersebut kepada Feli tapi mereka sadar cepat atau lambat Feli akan mengetahui hal yang menimpa kaki Feli pada salah satu kaki kirinya bahwa kaki kirinya telah diamputasi yang dikarenakan akibat benturan yang cukup keras pada kaki kirinya pada saat kecelakaan maut pagi tadi yang menimpah Feli. Sehingga kaki Feli mengalami infeksi yang mengakibatkan kaki kirinya harus diamputasi agar Feli dapat bertahan hidup tetapi jika keluarga Feli tidak merelakan kaki kiri Feli maka mengakibatkan infeksi itu menjalar ke tubuh Feli dan bila itu terjadi maka tidak lama lagi Feli akan meninggal dunia, setelah mendengar dokter menyarankan amputasi pada kaki kiri Feli tanpa pikir panjang keluarga Feli menyetujui persyaratan dokter tersebut, walau hati mereka terasa sedih mendengar perkataan dokter tersebut. Bagaikan hati mereka teriris-iris pisau yang sangat tajam.
Pada saat Feli sadar dari masa kritisnya ia pun terkejut melihat tubuhnya terbaring lemah di rumah sakit. Tetapi di saat itu pula Feli teringat kejadian pagi tadi yang mengakibatkan ia terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Feli pun begitu kebingungan di saat keluarga Feli terus menangisinya. Ia pun berkata kepada keluarganya, bahwa Feli tidak apa-apa dan ia menyakinkan kepada keluarganya bahwa ia pasti akan segera sembuh dan pada saat itu Feli belum mengetahui keadaan kakinya yang telah diamputasi. Ayah Feli pun tiba-tiba membuka suaranya dengan berkata, Feli yang sabar ya sayang… Allah telah memberi cobaan untuk Feli karena Ayah yakin dengan kejadian ini Allah telah merencanakan sesuatu yang indah pada suatu saat nanti dan Feli harus mengikhlaskan salah satu kaki Feli yang harus dokter amputasi karena dengan jalan itu Feli dapat bertahan hidup. Mendengar kata-kata ayah Feli, ia pun tak terasa meneteskan air matanya yang menetesi pipi Feli dan tak lama kemudian ia pun menangis sangat histeris sehingga membuat keluarga Feli berusaha untuk menenangkan diri Feli.
Satu minggu sudah Feli tidak masuk kuliah dan dihari itu pula Feli mendapat kaki barunya yakni kaki buatan yang sengaja dibeli kak Doni agar Feli dapat beraktifitas lagi. Di saat itulah Feli berkata di dalam lubuk hatinya, aku tidak menyangka bahwa perbedaan itu telah hadir menghampiri aku dan ternyata lamunanku yang aku takuti terdahulu menjadi sebuah kenyataan hanya yang membedakan Feli mengalami perbedaan bukan di saat Feli terlahir tetapi di saat Feli menginjak usia 18 tahun. Ia pun kembali bersedih dan terluka di saat Feli merenungi hal yang terjadi pada dirinya.
Tiba saatnya Feli harus segera berangkat tuk melanjutkan aktifitas kuliahnya dan Feli pun sangat terpukul melihat keadaan yang dihadapinya, dia takut bila teman-temanya tidak bertoleransi tehadap perbedaan yang Feli hadapi sekarang. Memang, Feli belum memberi tau kepada teman-temanya bahwa kaki kirinya telah diamputasi karena memang Feli tak sanggup mengatakan kejadian yang sesunggunya yang menimpa diri Feli tetapi Feli hanya memberi tau teman-temanya hanya sebuah kecelakaan biasa yang menyebabkan dirinya tidak dapat berkuliah sementara waktu.
Sesampainya di kampus dengan berkendara mobil yang dikendarai oleh kakaknya, Feli pun segera diantar oleh kakaknya untuk menuju kelas Feli. Setibanya ia di kelas teman-teman Feli sangat terkejut melihat keadaan Feli yang memakai kaki palsu, ada beberapa dari mereka yang mengejek Feli tanpa memperdulikan hati Feli dan ada juga teman-temannya yang masih bertoleransi terhadap perbedaan yang Feli hadapi sekarang. Feli pun berusaha tenang terhadap celotehan sebagian teman-teman Feli yang tidak bertoleransi baik terhadap perbedaan yang dihadapi Feli.
Hari demi hari Feli lalui dan bulan demi bulan juga Feli lalui dengan keadaanya yang ia hadapi sekarang, tetapi Feli berusaha untuk bersyukur serta bersabar tetapi terkadang Feli tidak tahan terhadap keadaan yang dihadapinya. Hingga di suatu malam ia pun termenung di kamarnya dan tak lama kemudian kakak Feli ingin menghibur adiknya dan kak doni pun berjalan menuju kamar Feli.
Tok… tok… tok… suara pintu kamar Felisehingga membuyarkan lamunan Feli. Ia pun berkata siapa dan kak doni pun membalas perkataan adiknya, kak doni pun berkata ini kak doni adikku sayang, boleh kak doni masuk. Feli pun menjawab iya kak doni gak apa-apa masuk saja Feli lagi gak sibuk kok. Kak doni pun memasuki kamar Feli dan kak Doni pun segera menghampiri adiknya yang termenung di jendela kamarnya yang mungil itu. Kak doni pun segera berkata, Feli kenapa Feli sedih, lebih baik Feli cerita ke kakak apa yang membuat Feli merenungi dibalik jendela kamar Feli dengan bercerita maka Feli setidaknya sedikit lega. Feli pun mulai membuka mulutnya untuk menceritakan hal-hal apa saja yang membuat Feli sedih. Ia pun berkata, kak doni apa mungkin masih ada kesempatan untuk Feli dalam menggapai sebuah kesuksesan, karena Feli berpikir bahwa dengan perbedaan yang Feli miliki apa mungkin Feli bisa menjadi seseorang yang berguna di mata orang, karena Feli takut bila Feli terlalu berharap sesuatu yang indah, Feli takut tidak bisa menggapainya. Feli memang mempunyai sebuah mimpi tapi apa mungkin orang-orang bisa bertoleransi di dalam perbedaan yang Feli alami. Itulah yang membuat Feli takut tuk menatap masa depan Feli.
Kakak Feli pun memahami perasaan adiknya, dan kak Doni pun berusaha untuk memberi harapan kepada Feli dengan berkata, Kak Doni tau perasaan Feli, tetapi Feli harus tau walaupun Feli berbeda dari mereka tapi inilah saatnya Feli tunjukkan kepada semua orang bahwa dengan perbedaan yang Feli alami tidak membuat Feli berputus asa dan tunjukkan kepada semua orang bahwa Feli dapat menembus dunia yang kelam menjadi sebuah anugerah yang indah suatu saat nanti, dan tunjukkan pada dunia bahwa perbedaan yang Feli alami telah membuat kehidupan Feli lebih baik karena berkat adanya sebuah perbedaan, dan asal Feli tau dengan Feli menunjukkan kelebihan Feli dibalik perbedaan yang Feli alami, maka akan banyak membuat orang semakin lebih bertoleransi terhadap diri Feli, serta jika Feli telah mampu menembus mimpi Feli suatu hari nanti, maka janganlah Feli takut menghadapi hinaan orang-orang yang tidak menyukai Feli yang dikarenakan adanya perbedaan di diri Feli. karena sesungguhnya Feli telah menjadi manusia yang lebih dari mereka. Feli pun sangat senang mendengar kata-kata yang penuh inspirasi dari kak Doni dan ia pun sangat lega mendengarnya serta ia pun bersyukur kepada Allah karena ia memiliki kakak yang sangat baik seperti kak Doni.
Hari pun terus berganti tetapi dengan berbekal motivasi yang didapat dari kakaknya Feli dapat lebih berani melangkahkan kakinya ke dalam kehidupan yang ingin lebih baik dari sebelumnya. karena Feli yakin jika ia berusaha maka ia yakin bahwa perbedaan itu mampu menembus dunia kelamnya. Ia pun ingin sekali menjadi seorang penulis yang terkenal suatu hari nanti.
Tiba saatnya Feli menginjak semester dua dan inilah saatnya ia berusaha untuk menggali potensi karya tulisnya dengan berusaha mencari segundang pengalaman baik yang ada di kampus maupun di luar sana. karena Feli ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia bisa sukses karena sebuah perbedaan dan ia berharap dengan berbedaan yang ia miliki saat ini ia bisa lebih berusaha untuk maju dan terus melangkah agar nantinya ia bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, serta jika ia selalu berusaha meraih mimpinya pasti ia mampu menjadikan orang-orang yang terdahulu menghinanya dapat lebih bertoleransi kepadaanya, berkat sebuah perbedaan yang Feli alami saat ini, dan Feli pun berharap jika ia sukses nanti ia dapat memberikan motifasi terhadap semua orang bahwa dalam menggapai kesuksesan asalkan kita mau berusaha maka tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini karena kesuksesan berawal dari sebuah mimpi.
Tibalah saatnya Feli menempuh kelulusan dan tanpa disangka di saat Feli selesai mengakhiri acara wisudanya, di saat itu pula ada salah satu dosen laki-laki yang menghampirinya, dengan memberi tau tentang kabar baik untuk Feli yaitu ada salah satu perusahaan penerbit yang cukup terkenal di Jakarta yang menawarkan pekerjaan kepada Feli dibidang tulis menulis dan Feli pun sangat senang mendengar semua itu. Tanpa bepikir panjang ia pun langsung menerima tawaran perusahaan tersebut, mendengar semua itu dosen yang menghampiri Feli pun langsung senang dan lega mendengar perkataan Feli.
Berkat usaha yang Feli bangunlah dan berkat perusahaan tersebut lah Feli sekarang menjadi seorang penulis yang terkenal bahkan Feli sering kali muncul di acara televisi dan disaat itu pula Feli dapat menunjukkan kepada semua orang bahwa dengan perbedaan yang ia alami saat ini sudah mampu menembus dunia kelamnya menuju dunia yang sangat bersinar bagaikan bintang terang yang menyinari bumi di malam hari. Keluarga Feli pun sangat senang melihat kesuksesan anak yang mereka cintai. TAMAT
Read More

''Arti Sahabat''

0
Bastian singkap kembali tabir ingatannya. Cacha. Manis nama itu, semanis orangnya. Dialah kawan karib Bastian yang slalu diingatnya. Sudah enam tahun mereka mengenali antara satu sama lain. Kegembiraan dan keperihan hidup di alam remaja mereka jalani bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan. Bastian kehilangan sahabat yang tak ada gantinya.
Peristiwa itu sudah 2 tahun silam. Sewaktu itu mereka berada di kelas. Bastian sedang memarahi Cacha karena mengambil pena kesukaanya tanpa izinnya dan meghilangkannya.
Apabila Cacha bertanya, dia hanya bilang dia akan menggantikannya. Bastian tidak ingin Cacha menggantikannya. Karena pena yang hilang itu adalah hadiah dari Cacha sewaktu mereka pertama kali menjadi sahabat karib. “aku tak mau kau gantikan pena itu! Pena yang hilang itu berharga bagiku!” bastian memarahi Cacha. “selagi kau tidak menemukannya, selama itu pula aku tidak bicara dengan kamu!” marah bastian.
Meja kelas pun dihentaknya dengan kuat hingga mengagetkan Cacha. Cacha dengan keadaan sedih dan bersedih hanya berdiam diri lalu beredar dari situ. Batian tau kalau Cacha pasti sedih mendengar kata kata itu. Bastian tidak berniat menyakiti hatinya tetapi waktu dia terlalu marah dan tanpa ia sadari, mutiara jernih membasahi pipinya.
“sudah beberapa hari Cacha tidak bersekolah, apakah ia sakit? Apa yang sebenarnya terjadi?” Benak pikirannya diganggu oleh beribu ribu satu pertanyaan. “Eh aku ingin ke rumahnya” bisik Bastian kepada hatinya. Tetapi niatnya terhenti disitu, dia merasa enggan. Tiba tiba telepon rumah bastian berbunyi. “KRING!! KRING!!” Mama bastian yang mengangkat telepon itu. “Tian.. oh tian..” teriak mamanya. “cepat kau ganti bajumu. Kita akan pergi ke rumah Cacha Kakaknya Cacha menyuruh kita pergi ke rumahnya sekarang juga” suara mama bastian tergesa gesa menyuruh anaknya itu. Tiba tiba jantung bastian berdegup kencang tak pernah ia rasakan itu. Ini pasti ada sesuatu yang buruk terjadi. “Ya tuhan, kau tentramkan hati ini. Apapun yang terjadi aku tau ini ujian mu. Kau selamatkanlah sahabat ku” doa bastian selama perjalanan ke rumah Cacha.
Setibanya disana, rumahnya dipenuhi dengan sanak saudara. Bastian terus berlari menuju Bunda Cacha dan bersalaman dengan ibunya seraya bertanya apakah yang terjadi. Bunda Cacha dengan nada sedih memberitahu bastian bahwa “Cacha tertabrak oleh mobil saat ingin menyebrang jalan berdekatan dengan sekolahnya. Dia memang tidak sehat tapi dia tetap ingin ke sekolah. Katanya ingin berjumpa dengan kamu. Tapi keinginannya tidak sampai. Sapai saat dia menghembuskan nafasnya, kakaknya yang ada di sisinya melihat sebuah surat yang ia genggam di tangannya” isak bunda Cacha sambil memberikan surat yang ingin diberikan kepada bastian. Di dalam surat itu terdapat penaku. Di situ juga ada note dari ipadnya.
Isi surat yang diberikan.
“bastian bintang, aku minta maaf karena membuatmu marah karena menghilangkan penamu. Setelah engkau memarahiku, aku pulang dari sekolah sewaktu hujan lebat menemukannya. Tapi aku tak putus asa. Di rumah aku, aku tidak menemukannya. Tapi aku gak putus asa dan terus mengingatnya dan aku teringat, penamu ada di meja Science Lab. Itu pun agak lambat ingin ke sekolah karena kurang sehat, tapi dengan bantuan salsha dia coba untuk carikan. Pena itu Salsha temukan di kolong mejamu. Terima kasih kamu sudah menjaga pena dariku dan persahabatan yang terjalin selama setahun. Terimakasih sekali lagi karena selama ini mengajariku tentang arti persahabatan.
Cacha”
Kolam mata bastian dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya. Kalau boleh, ingin dia meraung sekeras kerasnya. Ia ingin memeluk tubuh Cacha dan memohon maaf tapi apalah daya semuanya sudah terlambat. Mayat Cacha masih di rumah sakit. Tiba tiba dentuman guruh mengejutkannya. Barulah ia sadar ia hanya mengenang kisah silam. Persahabatan mereka lebih berharga dari pena itu. Bastian menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji peristiwa itu takkan terulang kembali. Semenjak itu bastian lebih sering beribadah dan mendoakan Cacha. Hanya dengan inilah Bastian bisa membalas jasanya Cacha dan mengeratkan persahabatannya.
Note: “persahabatan selalu kekal adanya bilamana kita nerimanya dengan penuh ketulusan hati.”
Read More

Kisah Cinta Gua

Ini kisah cinta gua sama cewe yang gua berinama inisial "Ap"...


    Saat pertama kali gue kenal die, gue kira anaknya cuek . Ternyata anaknye asik , dan sejak pertama kali gue ngumpul bareng die gue udah ngerasa kalau gue ini jatuh cinta .
    Pada hari Sabtu gua dan die nobi di 21 , sebenernya gua kaga mau karena mendadak ngasih taunye. Karena mendadak ya berangkat apa adanya la , berangkatnya sih mulus 2 aje tapi pas baliknya di jegat sama polisi alias di tilang , keadaan genting mana kantong kosong lagi kata polisinya mau lanjut apa damai , yah terpaksa gua minjem uangnya "Ap" cogap . Karna  gua cinte banget ni ama dia dan karena gua ngerasa bersalah udah minjem duitnya , malem itu juga gue nembak "Ap" waktu itu gua yakin banget karne gua di suport ama kawan2 gue dan gua dapet info kalo die juga suka ama gue malah bm nya aje ampe nama gua... . Malam itu gua tembak dan gua di trima sama die , setelah itu die jadi perhatian banget sama gue , sayang2an, pokoknya sosweat dahk ...
   Hari senin aye masuk sekolah nie kan sekelas sama die... jadi gua harap jadi tambah asik gitu . Ternyata , ngobrol aja kaga ape lagi mau bercanda . Mungkin Karena gua masih kaku kali ye ? mau mulai dari mana mukanya aje jutek ... ini bukan hanya dari gua tapi dari kawan2 gua pun demikian . 3 hari tanpa interaksi dan sms dan gua dapet info dari temen kalo die punya cowo lagi... malam jum'at nye ni gua sms "Ap" lalu gue tanya "knapa sih kamu koq diemin aku?" lalu malam itu juga gua pisah darinya . Walaupun gua gak bisa kehilangannya , gue berusaha ikhlasinnye . keesokannya pas masuk ke kelas ternyata die bener2 udah jadian sama kaka kelas inisial "W" gua kecewa banget sama die waktu itu .
   Tapi makin kesini gua sadar mungkin gua bukan yang terbaik untuk "Ap" , dan "Ap" mungkin akan bahagia dengan "W".


Ini kisah cinta gue sama cewe inisial "Ap"..,
sorry nie ye kalo kata2nye sedikit liar...
Gue mohon maaf sebesar2nye...
Read More